"Menang atau kalah tidak jadi masalah, yang penting kalian sudah berusaha yang terbaik. Kalau ternyata menang, anggap itu bonus dari usaha kalian," lanjut saya. Ternyata...alhamdulillah anak-anak menerima bonusnya, sebagai Juara 1 lomba marathon menemukan harta karun :-D
Lika-liku persiapan dalam waktu yang terbilang singkat (mulai H-6), sama sekali tidak menyurutkan semangat anak-anak tsb. Mereka selalu datang tepat waktu yang disepakati. Senang sekali menyaksikan kesungguhan anak-anak tsb berlatih dalam suasana yang dipenuhi senyum dan gelak tawa lepas.
Lewat tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang persiapan anak-anak mengikuti OTBA. Termasuk kerelaan para sahabat (Inu, Melly, dan Fadjar) yang ditodong ikut melatih anak-anak. Serta dukungan kakak-kakak (Atta, Fanny, dan Ochi) yang baru dikenal, namun dengan tulus dan sukacita mendampingi anak-anak pada hari H. Dukungan para relawan ini membuat saya makin percaya dengan kebenaran sebuah pribahasa Afrika
It takes a village to raise a child |
Di awal bulan Mei 2013, secara tak sengaja saya melihat e-flyer Olimpiade Taman Baca Anak (OTBA) 2013 di wall FB seorang teman. Seketika terbersit niat untuk mengajak anak-anak GARASI turut serta. Ternyata memutuskan siapa yang hendak diajak dari sekian banyak anak yang sering main ke GARASI bukan perkara mudah. Jadi penasaran bagaimana taman baca lain membentuk timnya ya?
Dari begitu banyak anak yang hilir mudik ke GARASI, kalau diperhatikan yang benar-benar gemar membaca bisa dihitung dengan jari. Masih banyak yang membaca sekedar memenuhi prasyarat sebelum diijinkan bermain yang lain. Karenanya jadi terpikir untuk memanfaatkan momen OTBA 2013 ini sebagai reward bagi anak-anak yang senang membaca tsb dan empat anak Balarenik yang konsisten ikut klub JURASIK di GARASI tiap Jum'at pagi.
Yang dinanti tak kunjung datang
Sesuatu semakin ditunggu, semakin menjauh rasanya. Begitu pula anak-anak yang ingin saya tawarkan bergabung dalam Tim OTBA. Ketika ditunggu-tunggu, mereka malah tak tampak batang hidungnya. Memang 2 minggu sebelum OTBA, sekolah negeri di Jakarta sedang masa UAS. Sehingga GARASI sepi pengunjung.
Syukurlah di hari jum'at saat batas pendaftaran, muncul Rendi di pagi hari. Lalu siangnya ada Edo, Syafei, dan Kukuh. Maka kami sudah bisa bentuk tim marathon. Genap 5 orang dengan ditambah Kaysan. Kami buat kesepakatan untuk berlatih mulai hari senin s/d jum'at tiap siang pk. 13:30-15:00 WIB. Siapa yang tidak datang, maka bisa diganti oleh peminat lain.
Kesepakatan tsb sejalan dengan nilai utama yang selalu kami coba tanamkan pada anak-anak di GARASI, yaitu salah "pikir dan lakukan yang terbaik". Dalam setiap tindakan kami selalu meminta anak berpikir sebelumnya dan melakukan sebaik-baiknya. Terbaik dalam ukuran dirinya sendiri dan bukan relatif terhadap orang lain. Kami percaya tiap anak bisa menilai dirinya sendiri.
Sejak senin pagi, langit Jakarta diliput mendung tebal. Menginjak tengah hari, matahari tak juga tampak sinarnya. Malah saya mendapat SMS dari ibunda Kukuh, mengabarkan Kukuh mengundurkan diri. Beliau khawatir melepas Kukuh latihan di tengah cuaca mendung. Jarak rumah Kukuh ke GARASI sekitar 2 km, relatif paling jauh dibanding yang lain. Ia biasa datang naik sepedanya sendiri.
Tepat di waktu yang disepakati muncul Rendi dan Edo, serta tentu saja Kaysan yang memang tinggal di GARASI :-). Tim memutuskan mengajak Bagas untuk bergabung, menggantikan Kukuh. Sementara juga Syafei tak kunjung datang dan tanpa kabar hingga hari kedua latihan. Berarti jumlah anak tidak cukup bahkan untuk sekedar tim marathon :-(
Akhirnya saya putuskan untuk menelpon anak-anak Balarenik pada hari selasa malam, mengajak mereka bergabung mengikuti OTBA. Tiga dari empat anak Balarenik (Fina, Teguh, dan Wisnu) datang pada hari Rabu pagi dan tertarik ikut OTBA 2013. Rabu pagi tsb, Edo juga datang mengajak Robi, tetangganya, yang sebenarnya juga sering main ke GARASI, hanya saja saya belum hafal namanya. Alhasil tim marathon malah jadi kelebihan anggota, total jadi ada 8 orang.
Maka untuk memilih siapa yang masuk tim inti marathon di antara 4 pendatang baru, disepakati mekanisme seleksi. Anak-anak diminta memilih 3 huruf dan menuliskan sebanyak-banyaknya nama tempat/kota/apapun yang berhubungan dengan Indonesia, seperti salah satu tantangan dalam marathon. Ternyata Robi yang mampu menuliskan paling banyak. Sehingga Fina, Teguh, dan Wisnu masuk ke tim lomba kreativitas membuat mainan dari barang bekas.
Syukur sewaktu mendaftar, saya sudah sekaligus mendaftarkan tim lomba kreativitas tsb, walaupun belum jelas siapa anggota timnya. Panitia memang masih memperbolehkan peserta merubah anggota tim di hari H. Panitia ternyata maklum berurusan dengan anak-anak penuh dinamika. Segala hal bisa berubah hingga detik-detik terakhir. Salut untuk panitia yang begitu bijak menetapkan aturan.
Berlatih Setelah persoalan anggota terpecahkan, saya baru sadar kalau tiap selasa dan kamis siang ada jadwal rutin lain yang tak dapat saya tinggalkan. Alhamdulillah, Allah SWT memudahkan jalannya. Di hari selasa, mendadak datang Melly yang mengajak rombongan keponakannya ke GARASI bersama Inu. Sehingga langsung keduanya saya todong untuk melatih anak-anak. Di hari kamis, tim marathon saya kirim ke rumah Bagas yang hanya berjarak 300 m dari GARASI untuk berlatih bersama Bu Fadjar, ibunda Bagas. Berhubung waktu latihan efektif yang tersisa hanya 3 ketika anggota tim akhirnya lengkap, maka tiap tim fokus berlatih materi lomba yang akan diikutinya saja. Tim marathon yang terdiri dari Rendi (kelas 6), Bagas, Edo (kelas 5), Robi (kelas 4), dan Kaysan (kelas 3), berlatih sesuai kisi-kisi yang sudah disampaikan panitia. Sementara tim kreativitas yang terdiri dari Fina, Teguh, dan Wisnu (kelas 3), saya bebaskan mencari ide beberapa mainan yang hendak dibuat, lalu mencoba-coba, dan memutuskan mainan apa yang mereka ingin buat. Kedua tim berlatih dalam waktu yang berbeda, karena jadwal masuk sekolah yang berbeda. Tim marathon berlatih siang hari. Robi sebenarnya masuk siang, tapi entah bagaimana ia selalu bisa muncul latihan di siang hari. Ketika ditanya, ia bilang di sekolah sudah tidak ada pelajaran. Jadi ia memilih berlatih di GARASI ketimbang masuk sekolah atau berlatih sendiri di pagi hari. Sedangkan tim kreativitas berlatih di pagi hari. Pada hari terakhir latihan tim marathon mengusulkan memilih kapten. Mereka putuskan sendiri mekanisme voting yang sampai dua putaran. Hingga terpilih Edo sebagai kapten. Lalu mereka juga susun strategi dan berbagi tugas di antara anggota tim sesuai kekuatan dan kelemahan tiap anggota. Luar biasa ternyata persiapan OTBA 2013 begitu bermanfaat mengasah kerjasama anak-anak. |
Manusia boleh berencana, tapi Allah SWT yang menentukan. Di waktu shubuh pada hari H, ketika tengah bersiap-siap, saya menerima kabar Mbak Kakung Bagas yang tinggal bersamanya dalam kondisi kritis. Tak berapa lama kabar duka datang :-( Bagas pun batal ikut OTBA 2013. Tim marathon sempat turun semangatnya dan bingung, karena tidak seorangpun dari tim lomba kreativitas pernah berlatih materi lomba marathon.
Setelah melayat, saya bersama Edo, Kaysan, Robi, dan Rendi langsung berjalan kaki ke halte Flyover Radin Inten Transjakarta. Fina, Teguh, dan Wisnu sudah menunggu kami di halte Kampung Sumur, yang berselang dua halte dari tempat awal kami naik, ditemani ibundanya masing-masing.
Selama perjalanan, saya putar otak mencari cara bagaimana memutuskan secara adil siapa yang akan menjadi pengganti Bagas. Tapi ternyata di antara ketiga anak tim kreativitas sudah musyawarah sendiri. Mereka mufakat, Wisnu yang akan menjadi pengganti Bagas. Luar biasa anak-anak ini!
Ama, relawan 1001 buku, menawarkan bantuan relawan pendamping untuk GARASI karena di formulir pendaftaran hanya tertera nama saya seorang yang mendampingi anak-anak di hari H. Tentu saja tawaran tsb saya sambut dengan senang hati. Dari H-1 saya sudah dikontak dengan relawan 1001 buku yang akan mendampingi GARASI. Pagi-pagi sekali di hari H, kakak-kakak relawan kembali sudah menelpon, memastikan kami sudah berangkat.
Ketika sampai di Buper Ragunan sekitar pukul 8:30 WIB, kami sudah ditunggu-tunggu oleh Kak Fanny & Kak Ochy, relawan 1001 Buku, yang bertugas sebagai LO adik-adik Taman Baca GARASI di OTBA 2013. Mereka langsung sigap membagikan kaos, name tag, dan snack pada anak-anak. Sungguh luar biasa perhatian kakak-kakak pada anak-anak GARASI, padahal baru kenal loh. Salut dengan panitia 1001 buku yang bisa menjaring ratusan relawan untuk acara OTBA 2013 tsb.
Selain itu juga ada Kak Atta yang jadi pendamping anak-anak GARASI pada OTBA 2013. Saya kenal Kak Atta lewat jejaring SabangMerauke. Loh apa hubungannya GARASI, OTBA, dan SabangMerauke? Jadi begini ceritanya...di hari yang sama dengan OTBA, saya mendapat undangan untuk mengikuti orientasi keluarga SabangMerauke karena aplikasi saya bersama keluarga diterima memang melamar sebagai keluarga angkat bagi program pertukaran pelajar SMP dari pelosok Indonesia.
Keduanya sama pentingnya, tapi keikutsertaan dalam OTBA tak mungkin dibatalkan. Tak kuasa saya membayangkan wajah-wajah kecewa dari anak-anak yang sudah berlatih sepenuh hati. Sehingga akhirnya saya minta tolong jejaring SabangMerauke mencarikan relawan untuk menggantikan saya. Alhamdulillah dipertemukan dengan Kakak Atta yang baik hati.
Sama sekali tak ada keraguan menitipkan anak-anak di tangan Kak Atta, Fanny, dan Ochy yang baru saya kenal. Saya bisa merasakan kesungguhan dan ketulusan perhatian ketiga kakak yang baru saya kenal ini. Saya juga cukup percaya pada kemandirian anak-anak GARASI dan mereka bisa bertanggung jawab untuk menjaga dirinya. Saya hanya berpesan untuk selalu dalam kelompok dan memberitahu bila hendak pergi ke toilet ataupun keperluan lain.
Kembali ke Buper Ragunan
Ketika saya kembali ke Buper Ragunan sekitar pukul 15:00 WIB, yang saya saksikan pertama adalah Edo yang sedang di panggung ikut sebagai peserta kuis. Tak lama saya juga lihat muka-muka anak GARASI lainnya. Ternyata sepanjang hari banyak stand dan acara menarik di panggung yang memberikan beragam hadiah bagi anak-anak. Mereka betul-betul bersenang-senang hari itu.
Saya sama sekali tidak menyaksikan ketika anak-anak berlaga di lomba marathon ataupun kreativitas. Saya hanya mendengar laporan dan cerita-cerita serunya. Kakak-kakak melaporkan tim marathon berlaga dengan sangat baik. Saya juga melihat ikatan yang kuat terbangun antara Kak Atta, Fanny, dan Ochi dengan adik-adik barunya. Sungguh tidak salah saya melepaskan anak-anak di tangan mereka :-D Terima kasih sejutaaaaa ya kakak-kakak!
Anak-anak belum mau saya ajak pulang karena ingin menunggu pengumuman. Acara memang mundur sekitar 1,5 jam dari yang dijadwalkan selesai pada pukul 16:00 WIB. Kekhawatiran saya hanya satu sebenarnya, bagaimana kalau Transjakarta makin penuh sesak di sore hari, sementara anak-anak ini kondisinya sudah kelelahan. Tapi ya sudahlah saya pikir, lihat bagaimana nanti saja, sudah terlanjur bersenang-senang. Sembari berdoa semoga Allah SWT memberi kemudahan.
Di balik keceriaan seluruh anak, saya menjumpai sampah yang berserakan di lokasi acara ketika kembali datang ke OTBA di sore hari. Di pojok-pojok tampak sampah kardus bekas makan siang menumpuk. Sebenarnya panitia tampaknya sudah berusaha mengurangi sampah acara dengan mengurangi kemasan snack. Tiap macam snack untuk masing-masing taman baca digabung dalam satu kantong plastik besar.
Miris rasanya melihat hal ini. Apalagi di saat yang bersamaan di panggung ada dongeng dari WWF yang mengajak anak-anak menjaga lingkungan mulai dari diri sendiri. Terdengar ajakan sang pendongeng pada anak-anak untuk selalu buang sampah pada tempatnya.
Sungguh sayang padahal sebenarnya ajang OTBA yang sungguh edukatif tsb, bisa sekaligus dimanfaatkan sebagai wahana belajar bagi anak-anak melalui praktek langsung untuk mengurangi dan memilah sampah. Disamping acara jadi bersih, anak-anak juga bisa mengalami langsung asyiknya berkegiatan di lokasi yang bersih.
Baru sekitar pukul 16:30 WIB pengumuman pemenang dilakukan. Anak-anak GARASI sudah menggambil posisi di bibir panggung. Ternyata pengumuman mulai dari lomba drama, lomba kreativitas, baru terakhir lomba marathon. Untuk tiap lomba ada 6 pemenang (mulai dari juara harapan 3), kecuali lomba drama yang mulai dari juara harapan 1.
GARASI tidak ikut lomba drama. Anak-anak mulai mendengarkan dengan antusias ketika mulai pengumuman lomba kreativitas. Tapi nama kami belum disebut untuk kali ini. Harapan muncul ketika pengumuman lomba marathon disebut satu persatu. Sampai tinggal dua besar, nama GARASI tetap belum disebut. Anak-anak tampak begitu tegang.
Ketika juara 2 diumumkan dan bukan GARASI, saya jadi ikutan tegang. Kalau dengar laporan kakak-kakak saya perkirakan tim GARASI akan menyabet salah satu peringkat, tapi sama sekali tak terbayang akan Juara 1. Tidak sampai hati rasanya ketika harapan anak-anak sudah membubung tinggi, ternyata harus pulang dengan tangan kosong. Tapi yang sungguh tak terduga, ketika Juara 1 diumumkan, pemenangnya adalah.................Taman Baca GARASI!
Anak-anak GARASI langsung melonjak dan bersorak gembira. Termasuk juga Kak Fanny dan Ochi yang ada bersama anak-anak (Kak Atta sudah pamit duluan, tapi minta di SMS hasilnya). Ketujuh anak GARASI termasuk tim kreativitas ikut naik ke panggung menerima hadiah. Tim marathon membagi hadiahnya ke tim kreativitas, sehingga semua pulang membawa hadiah :-D
Alhamdulillah ketika pulang bis Transjakarta dari arah Terminal Ragunan kosong, sehingga semua bisa duduk. Ketika sampai di halte transit Dukuh Atas ternyata kami juga tidak perlu turun karena bis akan lanjut ke arah Pulogadung. Kami baru harus berdiri sejak transit di Matraman hingga sampai tujuan (halte Kampung Sumur & Fly over Radin Inten).
Setidaknya setengah perjalanan anak-anak bisa duduk dan beristirahat di bis Transjakarta. Selain itu kegembiraan kemenangan tampaknya memberi kekuatan sendiri bagi anak-anak ketika harus berdiri sepanjang setengah perjalanan pulang. Canda tawa dan cerita masih terus mengalir dari mulut kecil mereka sepanjang perjalanan pulang.
Terima kasih banyak seluruh panitia OTBA 2013 yang sudah kerja keras demi kesenangan anak-anak. Salut untuk kerja hebatnya. Tahun depan bikin OTBA yang zero-waste yuk kakak-kakak 1001 Buku! Kami dari GARASI siap bantu panitia untuk audit acara supaya sampahnya minimal dan persiapan teknis mengurangi sampahnya ;-)
Oleh: Shanty Syahril, relawan GARASI