Jakarta, 17 Oktober 2019
Hai Alev, Anja, Kaysan, Naufal, dan Ratri…lima sekawan kesayangan Ketika surat ini sampai mungkin sudah lewat minggu kedua dari masa tinggalmu di Pakis. Sedih, galau, dan senang bisa jadi sudah campur aduk kamu alami. Apa yang sudah kamu lalui itu akan jadi bagian dari cerita hidupmu. Tapi bagaimana kamu akan menjalani hari ini sampai akhir masa tinggalmu di Pakis, itu masih tergantung pilihanmu. Pernahkah terpikir, tak semua orang bisa seberuntung kamu. Bertemu dengan keluarga yang membukakan pintu rumahnya dan dengan tulus menerimamu. Ingat selalu, kamu dan keluarga asuhmu sama-sama baru saling mengenal. Sama-sama sedang berusaha menemukan cara untuk bisa berjalan bersama. Coba buka hatimu untuk bisa saling menerima. Semua yang keluar dari hati insyaAllah sampai ke hati yang lain. Oh ya...seandainya lelah datang, coba lihat ke langit. Mungkin langit dan isinya sedang menghibur yang lelah di darat. Kalau kamu masih merasa gabut atau bingung apa yang dilakukan di Pakis, coba ingat-ingat lagi apa yang ada di buku panduan. Kamu bebas untuk berinisiatif menemukan keasyikan dalam keseharian dengan:
Ssssttt….apa yang kamu lakukan ini kalau dalam istilah keren di kuliahnya Kak Opal adalah Participant Observation. Kamu mengamati bukan hanya dari luar, tapi langsung mengalaminya. Bila minggu-minggu yang lalu kamu masih berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, perlu juga kamu sadar bumi nggak hanya berputar buat kamu. Coba diam, dengarkan, dan perhatikan, ada orang lain dan kehidupan lain di sekitar kamu. Masih ada waktu sampai tiba saatnya pulang untuk mengamati dan mengalami! Yang terpenting…catat ya semua hasil pengamatan dan pengalamanmu tersebut dalam buku jurnalmu. Pastikan jangan ada yang terlewat… Setelah menjalani kehidupan sebagaimana warga lokal, maka kamu boleh mengungkapkan pendapat dan perasaanmu sebagai pelaku. Kamu boleh juga membandingkannya dengan kehidupan yang lazim kamu jalani di tempat asal ataupun referensi lain yang kamu miliki. Ambil dan teruskan praktik baru yang baik. Bila kamu temukan kekurangan, tolong pikirkan bagaimana cara memperkuatnya. Bila mungkin, coba dijalankan. Hmmmm…agar dirimu hadir sepenuh hati di sisa waktu di Pakis, tolong HP yang dibawa hanya dipakai untuk kondisi emergency. Ada sekali lagi jadwal telpon oleh orangtua sebelum program live-in berakhir. Orangtua akan janjian dulu via SMS atau Kang Is untuk menghubungimu. PULANG, akan jadi kata paling nyaman setelah proses sebulan ini kamu lalui. Semoga pengalaman di Pakis akan mewarnai hidupmu yang selama ini lebih banyak dihabiskan di kota besar. Apa yang kamu alami sekarang bisa jadi baru terasa masuk akal suatu hari nanti, pada waktunya. Ayah dan ibu, juga adikmu (bagi yang punya) pasti sudah tak sabar menantimu kembali. Peluk erat semua keluargamu dan bagikan apa yang kamu alami, agar mereka bisa ikut merasakan. Keluarga dan rumah yang sudah sebulan ditinggalkan mungkin terlihat berbeda ketika kamu kembali. Itu tanda perjalanan ini telah membuka jendela baru, yang membuatmu punya cara pandang baru terhadap hal yang sebenarnya sama. Peluk erat semua Kak Shanty Catatan: Berkirim surat jadi pilihan untuk mentor dari jauh mengajak adik-adik melakukan refleksi di pertengahan masa live-in. Ini jadi pilihan paling cocok dengan kondisi adik-adik yang no gadget dan minim sinyal. Alhamdulillah dalam waktu 3 hari surat sudah diterima.
Setelah belajar untuk mengamati dengan hati lewat kunjungan ke Kelas Jurnalis Cilik, maka tantangan berikutnya adalah menemukan hotspot dan brightspot di sekitar rumah. Batas waktu pengumpulan jurnal: Rabu, 25 September 2019 Mau intip hasil pengamatan adik-adik? Silakan simak tulisan berikut:
Rabu (18/9/2019) tim kembali berkumpul lengkap @vincoworking. Agenda pertemuan ini adalah:
Biaya perjalananKomponennya terdiri dari:
Buah tangan untuk keluarga asuh dan SembakoSetelah diskusi panjang lebar disepakati untuk paket buah tangan akan berisi sarung, mukena, dan handuk. Peserta sepakat akan belanja barang-barang tersebut hari Rabu, 2 Oktober 2019 di Pasar Jatinegara. Peserta akan membawa sembako untuk tiap keluarga asuh yang ditinggali. Sembako akan dibeli di warung lokal. Isinya disepakati: beras 5 kg, minyak goreng 1 l, telur 1 kg, gula 1 kg, dan teh. Agar tiap kali belanja bebas kemasan, tiap peserta bertanggungjawab memikirkan wadah belanjanya. Anja akan menjahitkan kantong beras untuk teman-temannya. Barang bawaanTidak sempat terbahas dan dipercayakan kepada peserta untuk berembuk saling melengkapi.
Batas waktu pengumpulan jurnal: 14 September 2019
Foto saat kunjungan ke Kelas Jurnalis Cilik (kredit foto-foto: Anne Adzkia)
Bersyukur sekali kami dengan kesempatan kunjungan ke KJC ini. Hikmah yang didapat jauh melampau harapan. Terlalu sayang bila jurnal peserta ini hanya dinikmati orangtua dan mentornya saja.
Terlihat dari jurnal yang diposting di blognya, peserta dapat menangkap maksud panduan mengamati dengan hati. Keterampilan untuk mengaitkan hasil pengamatan dengan konteks dirinya muncul dalam tulisannya. Semoga keterampilan ini semakin terasah saat live-in nanti. Kalau penasaran ingin lihat tulisan adik-adik, silakan langsung ke blog mereka di:
InsyaAllah tanggal 28 September KJC akan pameran karya akhir mereka. Rencana tempat pamerannya di tanggul pinggir pantai Cilincing. Akan jadi hal yang menyenangkan bagi peserta KJC dan juga pengalaman berkesan bagi teman-teman bila bisa hadir di pameran tsb. |