Rencana yang batal
Manusia bisa berencana, tapi Yang Maha Kuasa punya rencana lain. Kamis (26/1/17) anak-anak batal ke Pusat Primata Schmutzer. Bu Fadjar ditakdirkan ke Semarang untuk merawat mertua beliau yang sedang sakit. Saya tidak berani membawa tujuh anak sendiri menembus ibukota di jam sibuk pagi hari. Terpaksa rencana tsb ditunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
Sungguh bisa dimaklumi bila anak-anak kecewa ketika saya mengabarkannya di hari Senin (23/1/17). Sehingga haru rasanya ketika anak-anak menyambut kabar itu justru dengan doa supaya mertua cepat sehat, sembari berkata, "kami tidak apa-apa kok bu".
Di hari seharusnya kami piknik ke Pusat Primata Schmutzer, saya bongkar kontainer koleksi DVD lama di rumah dan syukurlah ada Film Barney: Going to the Zoo yang bisa ditonton bersama di hari Jum'at (27/1/17). Selain itu di rumah ada masih ada pisang oleh-oleh dari halaman seorang teman yang saya kunjungi minggu lalu. Sudah terlalu masak untuk dimakan langsung, tapi justru enak sekali kalau dibuat kue bolu pisang. Terpikir untuk ajak anak-anak memasak buah yang sering dipandang sebelah mata karena dianggap identik sebagai makanan favorit monyet dan kera ini besok.
Ternyata tidak jaminan audio visual selalu mampu memikat anak-anak. Itulah pelajaran yang saya dapat dari kegiatan JURASIK (27/1/17) lalu. Satu dua terlihat mulai kehilangan fokus menonton film berdurasi 45 menit ini. Terutama anak-anak yang belum bisa membaca, sepertinya mereka kesulitan memahami dialog dalam film berbahasa Inggris ini.
Sengaja anak-anak saya bebaskan untuk menirukan suara atau gerakan binatang yang muncul di film selama menonton, agar tidak bosan duduk terlalu lama. Sebagian besar anak menikmati kebebasan ini, tapi beberapa terlihat mager :-) Menjelang akhir film muncul beberapa jenis kera dan monyet. Secara eksplisit film ini menjelaskan perbedaannya secara sederhana.
Usai menonton sebagian besar anak berinisiatif bermain peran di kebun binatang. Mereka berbagi peran secara mandiri. Ada yang jadi pengunjung, penjual tiket, binatang-binatang, dan pengurus binatang. Sementara saya duduk menikmati permainan anak-anak. Mereka sampai membuat tiket-tiketan dan uang-uangan dari kertas bekas yang ada. Sementara David, Dika, dan Farel lebih memilih menggambar bebas.
"Kalau ada yang mau ikut masak kue pisang, ayo gabung di sini! Ibu jelaskan bahan dan caranya," ajak saya ke anak-anak sambil berdiri di depan whiteboard menuliskan bahan yang dibutuhkan.
Adit, Dika, Elsa, dan Lita dengan cepat mendekat. "Saya biasa bu masak," ujar Dika, anak laki-laki paling besar di kelompok kami. Farel dan Farhan menyusul gabung kemudian. Sementara anak-anak lainnya sempat mendekat, tapi kemudian kembali asik dengan mainannya.
Saya kenalkan gelas ukur dan pastikan mereka paham pecahan agar bisa mengukur bahan. Lalu secara singkat, tanpa ditulis, saya jelaskan cara membuat kue bolu pisang yang super gampang ini. Setelahnya saya tak banyak ikur campur. Saya berikan ruang bagi anak-anak untuk mempraktekan apa yang sudah dijelaskan, sambil disupervisi Kaysan.
Pisang yang ada cukup untuk dua adonan, sehingga kami membuat dua adonan tapi tidak sekaligus. Sengaja anak-anak saya biarkan membuat hingga selesai satu adonan. Lalu prosesnya kembali diulang untuk adonan berikutnya, sehingga semua anak yang berminat bisa mencoba sendiri. Untuk adonan kedua anak-anak mencoba mengganti gula pasir dengan gula semut.
Menjelang waktu pulang pk. 11, kue pertama siap disantap. "Enak bu...enak bu...enak bu," seru semuanya. "Jum'at depan kita bikin lagi ya bu," pinta beberapa anak. Terima kasih Sasi untuk pisangnya :-D
"Ayo kita foto dulu dengan kuenya sebelum dimakan," ajak saya. "Buuuuu, nanti kirim ya foto ini ke Bu Fadjar," anak-anak mengingatkan sambil bergaya.
Tak lama setelah kue pertama habis, kue kedua pun matang. Sebelum pulang tetiba Lita berkata, "Bu, Jum'at depan kita coba juga bikin coklat yuk. Ini bu caranya," berusaha menyakinkan saya sambil menunjukkan buku Cara Membuat Coklat yang di dapat dari rak buku non fiksi.
KUE BOLU PISANG
Bahan A (bahan basah)
| Bahan B (bahan kering)
|
- Bahan B dicampurkan ke dalam mangkuk/baskom yang berisi Bahan A.
- Aduk secukupnya saja (asal tercampur) dengan sendok kayu/karet.
- Tuang ke dalam cetakan yang dialas kertas atau dilapis mentega + tepung
- Panggang dalam oven 180 derajat C sekitar 30 menit.
Kontributor: SS
Catatan:
Hadir 12 anak
Kelompok A: Evan, Farhan, Riski, Nicki (datang pk. 10)
Kelompok B: Adit, David, Dika, Elsa, Farel, Kevin, Lita, Rai