Sebenarnya Agus sudah dinyatakan lulus sejak bulan September 2012. Namun ternyata ia harus bersabar menunggu ijazah sampai di tangan. Sekitar tiga kali koreksi harus dilakukan karena kesalahan penulisan ejaan nama dan tanggal lahir.
Kenal Agus
Fadjar dan saya pertama kali bertemu Agus di lapangan tempat latihan SSB Remaja Bhakti, sekitar bulan Agustus selepas Lebaran tahun 2011. Geraknya di lapangan memikat perhatiannya kami. Dalam waktu singkat kami sudah mendapat cerita lengkap dari ibu-ibu yang duduk menunggu di pinggir lapangan.
Agus, anak kelahiran 3 Agustus 1999, saat itu ternyata baru pindah dari kampunya di daerah Sukabumi Selatan. Ia memilih ikut orang tuanya yang berprofesi sebagai pengrajin sandal ke Jakarta. Sebenarnya ia sudah dinyatakan naik ke kelas 6 SD sebelum ke Jakarta, tapi orang tuanya tidak mengurus kepindahan sekolah karena tidak paham caranya. Saya bisa mahfum dengan alasan tsb, lebih dari sekali saya mendengar cerita rumitnya mengurus berkas pindah sekolah.
Fadjar yang membuka Bimbel Gratis untuk persiapan UN SD di Garasi rumahnya spontan menawarkan Agus untuk ikut belajar bersama anak-anak lainnya. Tawaran disambut baik oleh Agus yang memang terlihat punya semangat tinggi. Sekitar bulan Desember 2012 saya daftarkan Agus untuk ikut ujian Paket A di PKBM Negeri 33 Malaka.
Mengurus ujian Paket A
Ini pengalaman pertama bagi saya berurusan dengan PKBM. Alhamdulillah pihak PKBM begitu terbuka dan sangat memudahkan. Bahkan ada seorang pengajarnya yang sampai main ke GARASI. Seharusnya seorang anak yang akan ikut ujian, wajib belajar di PKBM sejak setahun sebelumnya. Tapi untuk Agus ada pengecualian karena saya bisa meyakinkan bahwa ia belajar di bawah bimbingan. Akhirnya ia diijinkan hanya bergabung belajar selama 6 bulan sebelum ujian.
Perincian biaya yang dibutuhkan juga cukup transparan. Total biaya yang dikeluarkan sebesar 565 rb tersebut boleh dicicil. Yang utama adalah uang pendaftaran.
- Pendaftaran 50 rb
- SPP 6 bulan 200 rb
- Pendalaman 200 rb
- Try out 15 rb
- Ijazah 100 rb
Kendala terbesar adalah memenuhi persyaratan identitas untuk Agus. Tak sepotong surat pun yang ia dimiliki untuk membuktikan tanggal kelahirannya. Padahal PKBM tidak mensyaratkan akte kelahiran, cukup surat bidan. Banyak yang menyarankan untuk "nembak" surat lahir saja. Tapi rasanya kok berat ya. Saya berpegang suatu yang baik perlu diupayakan dengan cara yang baik.
Singkat cerita, di saat-saat terakhir batas akhir masuknya persyaratan identitas, sang bapak berhasil mendapatkan surat keterangan dari sekolah yang lama serta kartu keluarga dari kampung. Berbekal kedua surat itu, akhirnya Agus bisa ikut ujian Paket A. Basroh adalah anggota GARASI putus sekolah pertama yang mendapatkan ijazah Paket A. Alhamdulillah :-)