"Mbak, menarik nih. Kalo mau, saya ada materinya," sebuah pesan singkat menyertai poster ajakan untuk beraksi menyambut Hari Primata Indonesia 2017 yang kuterima. Saat itu saya tengah menunggu panggilan masuk ke pesawat dari Surabaya ke Jakarta (12/1/17). Spontan yang terpikir adalah menjadikannya tema kegiatan JURASIK di GARASI bulan Januari 2017. Apalagi besok pagi ada jadwal rutin JURASIK perdana tahun 2017 dan saya belum siap dengan bahan apapun. Materi edukasi yang dijanjikan sudah ada di kotak surel saya dini hari. Setelah dibuka ternyata isinya beberapa lembar kerja mewarnai dan mencari kata. "Cocok untuk kegiatan anak-anak nih," pikirku. Terima kasih Ismi Wahid untuk kiriman materinya, yang jadi sumber ide kegiatan bulan Januari 2017. Pada pertemuan JURASIK (13/1/17) anak-anak mulai berkenalan dengan primata. Selanjutnya sedikit cerita tentang apa yang kami lakukan. Bila tertarik silakan unduh materi edukasi dan modifikasi sesuai kebutuhan. |
1 Comment
Minggu (24/7/16) besok anak-anak peserta Program JURASIK akan berkunjung ke Museum Nasional untuk menyaksikan pentas dongeng Teater Koma yang disiapkan tim @Akhir Pekan di Museum . Tema pentas besok adalah tentang Pelabuhan Aceh. Kami rencananya berangkat dengan kereta commuter line. Untuk aktivitas selama perjalanan dan setelah menyaksikan pentas, kami sudah siapkan lembar permainan Bingo. Silakan bebas diunduh, bila juga ada yang tertarik.
_ Sebuah buku cerita bergambar yang cocok bagi pembaca pemula karena hanya memuat sedikit kata. Alur ceritanya sangat mudah dimengerti karena adanya ilustrasi yang sangat jelas.
Buku ini bercerita tentang seekor rubah yang sedang lapar dan bersiap-siap mencari makan malam. Tiba-tiba ia mendapat kunjungan dari seekor babi kecil. Lantas sang rubah berpikir bahwa ini adalah hari keberuntungannya. Sang rubah pun bergegas menangkap si babi kecil untuk memasaknya. Tetapi si babi kecil dengan banyak akal berhasil memperlambat keinginan rubah untuk memasaknya. Ia mulai dengan memberi saran pada rubah agar memandikannya supaya bersih. Apa saja akal si babi kecil? Apakah si babi kecil akhirnya dimakan sang rubah? Kalau penasaran silakan baca buku ini. Penulis resensi: Kaysan "Bu, kok liburan nggak buka tiap hari?" tanya sekelompok anak yang sedang bermain ke GARASI rabu lalu (24/12/14). Pertanyaan tsb selalu ditanyakan tiap kali memasuki liburan sekolah. Kali ini saya manfaatkan untuk bertanya balik ke salah satu di antara tsb yang terlihat sedang memegang novel dan sudah duduk di bangku SMP. "Kamu mau nggak jaga GARASI? Kalau ada yang jaga, GARASI bisa buka tiap hari." ujar saya.
Hari pertama
Esoknya (Kamis, 25/12/14), menjelang pukul 9, sesuai dengan waktu yang dijanjikan, Yeni datang ditemani Adelia, Giska, dan Laili. Selain itu ada tambahan Garnis, teman sekolah Yeni yang juga kakak Giska. Garnis juga ingin menjadi relawan dan siap berbagi tugas dengan Yeni. Setelah saya pastikan ia senang membaca dan sudah diijinkan orang tua, maka Garnis juga saya terima sebagai pustakawan. Berhubung kini ada dua relawan SMP, maka akhirnya diatur dua shift tugas per hari selama liburan, yaitu pagi pk 9-12 dan siang pk. 13-16. Yeni dan Garnis pun menyusun jadwal jaga, hanya saja khusus hari pertama mereka sepakat untuk bertugas bersama dari pk. 9-16. Sepanjang hari pertama, cukup banyak anak-anak yang berkunjung. Para relawan baru ini tampak serius berusaha mengontrol pengunjung. Mereka sampai membuatkan soal bagi anak-anak yang lebih kecil :-D Ketika serombongan anak besar datang, terdengar suara adu argumen. Sekitar pk. 14 terdengar anak-anak memanggil saya. Ternyata mereka mau ijin pulang karena lelah bertugas :-D Saya pun mengingatkan komitmen awal bahwa bila ingin bertugas harus sesuai jadwal. Bila hanya menjaga hingga pk. 14 berarti hanya dihitung bertugas shift pagi. Saya memang menjanjikan sedikit uang saku bagi relawan pustakawan. Yeni dan Garnis akhirnya memutuskan akan terus hingga pk. 16, sementara ketiga asisten yang masih SD pulang lebih dulu. Hari kedua Hari selanjutnya Jum'at (26/12/14) hanya Yeni yang muncul. Menurut Yeni, Garnis tidak diijinkan orang tuanya. Sementara tiga asisten anak-anak yang awalnya tampak begitu semangat juga tidak datang. Sepertinya mereka baru menyadari bahwa tugas sebagai pustakawan tidak semudah yang mereka bayangkan. Hari kedua, Yeni bertahan menjaga GARASI dari pk. 9-16. Ia tidak sendiri, ada Kak Nanda, relawan pustakawan GARASI yang biasanya. Di hari ini juga jadwal rutin kegiatan JURASIK, jadi dari pagi hingga sore, GARASI padat dengan aktivitas. Sebelum pulang saya konfirmasi ke Yeni apakah ia ingin lanjut jadi relawan atau tidak. Tampaknya Yeni serius ingin meneruskan. Ia ingin belajar bekerja dan kakak-kakaknya juga mendukung. Hari ketiga Hujan turun lebat sejak shubuh, hingga lewat pk. 9 tetap belum berhenti. Saya tidak berharap Yeni datang hari ini. Tapi semoga besok bila tidak hujan, ia datang kembali. GARASI memang bukan sekedar taman baca, tapi ruang untuk belajar. Kali ini GARASI melatih Yeni belajar tanggung jawab dan persistensi. Pertama kali membuat kompos, kami mencoba menggunakan metode takakura sekitar 5 tahun yang lalu. Tapi tidak bertahan lama karena kami ternyata tidak cukup telaten mencincang sampah dapur kami. Disamping itu kami juga punya banyak sekali sampah daun dari halaman. Akhirnya kami beralih ke komposter kawat, lalu komposter bata dan gundukan. Komposter kawat Terinspirasi dari hasil browsing di google dengan keyword "mesh composter" akhirnya kami mencoba komposter kawat. Komposter kawat berukuran sekitar 1 m3 sudah kami pakai sejak tahun 2010 dan terus kami pakai sampai pertengahan tahun ini karena kepraktisannya. Kami mengisinya dengan daun dan sampah daur berselang-seling, lalu didiamkan. Sampah akan otomatis menyusut. Kekurangannya adalah di musim hujan komposter yang terbuka ini kadang mengeluarkan semilir bau. Kami punya dua kompoter kawat, agak berbeda dengan yang kami ceritakan di atas, komposter kedua hanya kami isi sampah daun. Sampah dalam komposter ini nyaris tidak menyusut, tapi juga tidak berbau bila terkena hujan. Dari hasil cari tahu, tampaknya kombinasi sampah daun kering yang mengandung carbon dengan sampah dapur yang mengandung nitrogen mendukung kehidupan mikroorganisme pengurai sampah organik. Tanpa adanya nitrogen dari sampah dapur, mereka sulit hidup. Komposter bata Di pertengahan tahun 2014, kami membuat komposter bata untuk memecahkan persoalan bau dengan komposter kawat serta ingin rutin bisa memanen hasil. Niatnya ingin serius mulai berkebun. Disain komposter bata kami tiru dari milik Bapak Sobirin di Bandung. Ada pintu kecil di bagian bawah, tempat kami bisa memanen kompos. Kami juga mulai mengembangbiakan mikroorganisme lokal (MOL) untuk mempercepat penguraian dengan proses fermentasi. Sepanjang musim kemarau, sampah di komposter bata hanya menyusut sedikit sekali. Bila kami cek tidak terasa adanya panas yang menandakan adanya proses fermentasi. Kompos yang dihasilkan pun masih relatif kasar ukurannya. Setelah diayak kami mendapatkan hasil sekitar 5 kg kompos, tapi terlihat banyak serangga seperti kutu kecil di dalamnya. Dugaan kami karena prosesnya kurang panas, maka serangga dapat hidup. Komposter gundukan Awalnya kami pikir penyebab proses yang terjadi dalam komposter bata kurang memuaskan adalah ukuran sampah kami yang terlalu besar karena tidak dicacah. Namun hasil konsultasi dengan Ibu Sere, pegiat lingkungan di Perumahan Bumi Malaka Asri 1, tanpa dicacah pun seharusnya kompos yang baik bisa diperoleh. Beliau menganjurkan mencoba metoda gundukan. Inti dari metode gundukan adalah membuat sampah menjadi lapisan-lapisan dengan urutan sbb:
Benar saja, setelah kami coba metode gundukan di atas, dalam waktu singkat sampah dari dua komposter kawat kami yang ukurannya @ 1 m3 menyusut hanya tinggal segundukan di foto di bawah ini. Penutup Akhirnya komposter bata kami bongkar isinya dan susun ulang per lapis seperti saran ibu Sere. Saat ini sudah terlihat penyusutan yang signifikan, semoga hasil panen kami bisa lebih baik. Komposter kawat kini kami gunakan sebagai wadah daun kering sebelum kami olah sesuai cara membuat kompos dengan cara gundukan. Sabtu (22/11/14) Komunitas Jakarta Bird Walk (JBW) menjadwalkan pengamatan rutin di Kebun Binatang Ragunan. Menurut Kaysan yang sudah rutin mengikuti kegiatan JBW, Kebun Binatang Ragunan adalah salah satu lokasi pengamatan burung yang menarik bagi pemula, selain Suaka Margasatwa Muara Angke. Oleh karenanya pada saat kegiatan Jurasik sehari sebelumnya (21/11/14) saya menawarkan anak-anak yang tertarik untuk ikut. Keesokan harinya enam anak datang sesuai waktu yang disepakati yaitu pukul 6 pagi. Seperti biasa berlaku aturan setiap anak yang ikut wajib sudah sarapan pagi serta membawa botol minum dan bekal makan siang bebas sampah. Semua anak sudah paham dengan aturan tsb. Tiap anak membawa uang sebesar Rp. 20 ribu untuk transport (KRL atau Transjakarta) dan tiket masuk. Berhubung ayah Kaysan ada janji di daerah Pondok Indah, jadi rombongan kami bisa ikut mobil pergi pulang. Alhamdulillah anak-anak hanya perlu keluar uang Rp. 5 ribu untuk jalan-jalan kali ini. Sisanya bisa ditabung untuk jalan-jalan berikutnya. Pengamatan kali ini dibagi dalam 4 kelompok. Anak-anak dipecah ke dalam kelompok dan bergabung bersama kakak-kakak yang ikut pengamatan. Anak-anak mengikuti kegiatan hingga tuntas, termasuk diskusi setelah pengamatan. Bahkan anak-anak diberikan kesempatan untuk membacakan hasil pengamatan mewakili kelompoknya. Senang sekali dengan aura positif di komunitas ini yang memberi kesempatan belajar bagi anak-anak untuk terlibat aktif. Sepulang dari kegiatan, saya menugaskan anak-anak untuk membuat tulisan di rumah dan mengumpulkannya saat kegiatan Jurasik pada Jum'at berikutnya. Berikut tulisan karya anak-anak tentang pengalaman bird wacthing.
Taman Baca GARASI mempersembahkan Bazar Hari Ibu tepat pada tanggal 22 Desember 2013 pk. 09-16 WIB. Rintik hujan yang turun sejak pagi, tidak mengurangi animo warga sekitar untuk berkunjung ke bazar. Tercatat sebanyak 102 orang datang ke bazar, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagian besar barang dibandrol dengan harga Rp. 1.000, Rp. 3.000, dan Rp. 5.000. Tak kurang banyaknya barang yang digratiskan. Ada sekitar 15 item barang baru atau baru beberapa kali pakai yang dibrandol dengan harga Rp. 10.000, Rp. 20.000, dan Rp. 50.000. Pengunjung dihimbau untuk belanja dengan bijaksana barang yg dibutuhkan. Agar barang bisa terdistribusi merata, hingga pukul 12 WIB, tiap pengunjung dibatasi hanya dapat membeli 4 item. Pengunjung diminta kembali di sore hari bila masih ingin belanja. Ternyata di luar dugaan, cukup banyak yang kembali lagi di sore hari. Rata-rata pengunjung belanja sebesar Rp. 9.000,- per orang. Foto-foto oleh Rethia Syahril aka Kasir Bazar Hari Ibu
Foto bersama para kakak relawan sebelum berlomba
"Selamat bersenang-senang," hanya itu pesan saya pada Tim GARASI yang hendak turut serta untuk kali pertama dalam Olimpiade Taman Baca (OTBA) 2013. OTBA 2013 yang diadakan oleh Komunitas 1001 Buku berlangsung di Bumi Perkemahan Ragunan hari minggu (23/6/13). "Menang atau kalah tidak jadi masalah, yang penting kalian sudah berusaha yang terbaik. Kalau ternyata menang, anggap itu bonus dari usaha kalian," lanjut saya. Ternyata...alhamdulillah anak-anak menerima bonusnya, sebagai Juara 1 lomba marathon menemukan harta karun :-D Lika-liku persiapan dalam waktu yang terbilang singkat (mulai H-6), sama sekali tidak menyurutkan semangat anak-anak tsb. Mereka selalu datang tepat waktu yang disepakati. Senang sekali menyaksikan kesungguhan anak-anak tsb berlatih dalam suasana yang dipenuhi senyum dan gelak tawa lepas. Lewat tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang persiapan anak-anak mengikuti OTBA. Termasuk kerelaan para sahabat (Inu, Melly, dan Fadjar) yang ditodong ikut melatih anak-anak. Serta dukungan kakak-kakak (Atta, Fanny, dan Ochi) yang baru dikenal, namun dengan tulus dan sukacita mendampingi anak-anak pada hari H. Dukungan para relawan ini membuat saya makin percaya dengan kebenaran sebuah pribahasa Afrika
Asik menggambar, tak peduli matahari
Ketika membaca profil Alun yang bercita-cita sebagai guru dan pelukis, serta merta yang terpikir adalah mengajaknya ikut acara Bandung Sketchwalk. Alhamdulillah pada satu-satunya kesempatan berakhir pekan bersama Alun ada jadwal kegiatan Bandung Sketchwalk yang ke 4 (7/7/13). Oleh karena itu saya mempersiapkan diri untuk ke Bandung bersama keluarga pada akhir pekan 6 & 7 Juli 2013. |
Kategori
All
Pojok kreasi
Cerita lalu
November 2022
|